Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Prambanan

Dari shelter bunderan UGM, kami ambil jalur 1B, berangkat pukul 14.30 nyampe di terminal Prambanan pukul 16.00 (feeling n perkiraan kami rupanya tepat saudara-saudara), dan catat, kami belum check point kedua. Beruntungnya waktu itu tidak ujan sehingga misi 15 jam di Yogya tidak terhambat. Baiklah, dari Terminal ke Prambanan sekitar 400 M an, tapi karena untuk kali kesekian kami mengejar waktu akhirnya kami mempergunakan transportasi tradisional, andong. Ongkosnya biasanya Rp. 5.000 per orang, tapi biasanya juga Rp. 20.000 per andong, tergantung keimanan masing-masing lah ya, hahaha…pokok nya perkiraannya segitulah, tapi kalau kawan-kawan tidak keburu waktu, jalan kaki ga terlalu jauh ko.

Okay, kami nyampe di muka Prambanan pukul 16.00 lebih ntah lebih berapa kami lupa tepatnya, yang jelas jam empat lewat. Tiket masuk Prambanan Rp. 12.500 plus biaya kamera Rp. 1.000 jangan lupa. Sekedar saran buat kawan-kawan semuanya, berdasarkan pengalaman kami. Kalau kawan-kawan nyampe udah sore, sekitar jam 4 seperti kami, jangan lama-lama di Prambanannya biar bisa mengejar ke Istana Ratu Boko, ada kendaraan khususnya dari Prambanan ke Istana Ratu Boko, gratis, tapi tiket masuk Ratu Boko Rp. 9.000. Tapi itu tadi, tutupnya jam 17.00 untuk pengunjung masuk, dan pengunjung diusir pukul 18.00 (hehehe), dan kami keluar pukul 17.00 lebih dikit sehingga ketinggalan untuk ke Ratu Bokonya. Baiklah, soal itu silahkan diputuskan masing-masing, apakah mau ke Ratu Boko atau engga, bagus sih kompleknya (katanya…T_T).

Baiklah, mari kita menelusuri Prambanan. Candi ini disebut juga dengan candi Roro Jonggrang. Candi ini terletak di desa Prambanan, separoh masuk wilayah Sleman dan separohnya lagi Klaten, perbatasan antara Yogyakarta dan Jawa Tengah. Candi ini dibangun sekitar tahun 850 (gilaa…1000 tahun yang lalu bos..!!), oleh siapa? Tidak ada yang tau pasti siapa yang membuatnya, hanya petunjuknya adalah dibuat pada Wangsa Sanjaya, kemudian diperuncing lagi kalau tidak Rakai Pikatan, Balitung Maha Sambu lah yang membuatnya. Selain usianya yang sudah tuaaaa banget, kompleks candi Hindu ini adalah yang terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara…(cuit cuit). Candi ini kemudian ditemukan pertama kali oleh Bule Belanda bernama CA. Lons pada tahun 1733 dan kemudian mulai dibersihkan dan dipindahkan batu-batunya kemudian dirawat, dan jadilah seperti ini.
Kawan-kawan sudah tau pastinya kan, kenapa kompleks candi ini disebut juga dengan Candi Roro Jonggrang? Terlepas dari apakah Rakai Pikatan atau Balitung Maha Sambu yang membuat candi ini, mitos yang berkembang, candi ini hanya dibuat dalam waktu semalam. Siapakah kontraktor hebat gerangan? Lulusan teknik sipil manakah dia? haha.. Manusia hebat itu adalah Bandung Bondowoso. Dahulu kala, ada dua musuh bebuyutan yang memperebutkan wilayah Prambanan ini, yaitu Ratu Boko (yang sampai saat ini istananya masih ada di puncak bukit disekitar wilayah Prambanan) dan Raja Pengging. Karena Ratu Boko sangat sakti, dan Raja Pengging kurang sakti, maka Raja Pengging meng Hire seorang pemuda yang sakti mandraguna, bernama Bandung Bondowoso. Singkat cerita, Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan Ratu Boko, dan dianugrahi wilayah disekitar Prambanan. Ternyata eh ternyata, Ratu Boko memiliki seorang putri yang cantik jelita, bernama Roro Jonggrang yang berhasil meluluh lantakkan hati Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang bersedia menerima pinangan Bandung Bondowoso dengan syarat, membuatkan 1000 candi dan dua sumur yang sangat dalam (kaya pernah denger cerita tentang mission impossible kayak gini, jelas, cerita Tangkuban Perahu dan Tengger tak jauh beda ceritanya memang…). Berbekal kesaktian dan special code untuk memerintah bangsa lelembut, dalam waktu semalam 2 sumur dan 995 candi telah selesai dibuat. Tahukah kawan-kawan kelanjutannya? Yak tepat, seperti mitos Tangkuban Perahu dan Tengger, Roro Jonggrang memerintahkan para dayang-dayang dan perempuan-perempuan lainnya untuk memukul lesung padi, seolah-olah sudah pagi. Para lelembutpun selesai kontraknya, biar kata belum selesai tugasnya, tapi waktunya dianggap selesai dengan menyisakan hanya, sekali lagi, hanya satu buah candi yang belum selesai. Total yang diselesaikan adalah 2 buah sumur dan 999 candi (nanggung banget kan, tinggal satu ini, nunggu bentaran kek…^^).
Melihat trik kotor Roro Jonggrang, murka lah Bandung Bondowos dan mengeluarkan kutukan, “saya mengutuk setiap perempuan yang ada di wilayah ini akan menjadi perawan tua, dan secara khusus mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu (kaya Malin Kundang…^^) pelengkap candi ke 1000”. Jreng-jreng, kayaknya kutukan berhasil dan Roro Jonggrang menjadi candi ke 1000. Begitulah ceritanya, percaya ga percaya, kami mengabarkan, andalah yang memutuskan, hehehe (slogan tipi swasta niyye…^^). Tahukah kawan, kutukan itu katanya masih berlangsung sampai sekarang. Oleh karena itu, para perempuan yang menginjak usia dewasa pada umumnya meninggalkan desa ini untuk merantau, kalau tidak akan susah jodohnya. Selain itu, pasangan kekasih yang bercinta (oops, maksudnya pacaran) di kompleks ini akan putus dalam waktu segera..mau coba? Hehe…

Itulah singkat cerita mitos Prambanan dari proses pembuatannya sampai kehidupan sekarang. Sekarang isinya. Apa sajakah isi kompleks candi Prambanan itu. Kompleks candi ini terdiri dari 8 candi utama dan lebih dari 250 candi kecil. Tiga candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada Sang Hyang Trimurti, Batara Siwa (Sang Penghancur) di tengah dan di kanan kirinya Batara Wisnu (Sang Pemelihara) menghadap ke arah Utara dan Batara Brahma (Sang Pencipta) menghadap ke arah Selatan. Selain 3 candi utama tersebut, di depan masing-masing candi tersebut terdapat wahana atau tunggangan masing-masing dewa tersebut, di depan candi Siwa terdapat Candi Nandini, di depan Wisnu terdapat Candi Garuda dan di depan Brahma terdapat Candi Angsa. Masih 6 yang dua lagi? Yak yang dua lagi adalah candi apit yang ada di sekitar candi tersebut, ntah apalah namanya kami kurang tahu. Candi terbesar adalah Candi Siwa, dengan tinggi kurang lebih 47 m dan terdiri dari empat bilik di dalamnya sesuai dengan mata angin, masing-masing bilik berisi arca yaitu yang paling tinggi arca Batara Siwa (3 m) kemudian arca lainnya yang lebih kecil adalah arca Batari Durga (istri Batara Siwa, konon arca ini disebut juga Arca Roro Jonggrang, hasil kutukan Bandung Bondowoso), arca Agastya (guru Siwa) dan arca Ganesha (anak Siwa). Sayang sekali kawan, waktu kami kesana, hanya Nandini yang boleh di naiki, semuanya sedang di renovasi pasca gempa 2006 terlebih Brahma yang paling parah.
Kami selesai dengan Prambanan pukul 17.00 lebih dikiiiiit seperti kami sampaikan di atas. Sempat Sholat dan mengistirahatkan kaki sebentar, bau badan udah ga karuan lagi, antara terbakar dan asem…hehehe…^^, tapi ga pedulilah, yang penting tercapai (what??? Tercapai!!!!,), sebetulnya begini kawan, jadwal kita ada beberapa yang terlewat karena waktu, sedikit si, Cuma dua, yaitu MONJALI (Monumen Jogja Kembali) dan Istana Ratu Boko. Yang menyesakkan dada adalah Istana Ratu Boko, karena udah di depan mata tapi ga bisa tercapai. Tapi sejauh ini, cukuplah, dalam waktu beberapa jam sudah mengunjungi beberapa lokasi inti di Yogya. Selesaikah perjalanan ini? Tentu belum, ada yang tau apa?..... yak, Tugu Yogya dan MALIOBORO.
Kami berjalan dari Prambanan ke terminal Prambanan sekitar 15 menitan, jadi nyampe di terminal kurang lebih pukul 17.30. nunggu Trans Yogya jalur 1A yang akan membawa kami kembali ke pusat Yogyakarta. Karena udah mulai gelap, dan jarak antara Yogyakarta dengan terminal Prambanan agak jauh, maka baru pukul 18.00 kurang lebih kami baru dapet Jalur 1A, dan cukup padat. Beberapa dari kami tidak mendapat tempat duduk dan harus bergelantungan sampai turun di Tugu Yogya kurang lebih pukul 07.00.

0 comments:

Post a Comment

Indonesia Barat