Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Kampus UGM

Kami bertanya sama mbak-mbaknya yang di Shelter, “mbak kalau mau ke UGM ambil yang jalur berapa?”, mbaknya balik nanya, “ke kampusnya atau ke Koperasi?”, tweng, kmana ya, mana ajalah yang penting ada tulisannya UGM, kalau kami cek di sumber yang kami percaya harusnya naik jalur 2A turun di bundaran UGM, baiklah, kami ambil jalur 2A sajalah. Perjalanan lumayan jauh, muter-muter sampai akhirnya kami turun di bunderan UGM kurang lebih pukul 12.30. Panaaaaaaas banget, badan udah mulai bau matahari (bau matahari apa bau matahari neh??...hehe), lumayan juga ternyata jarak dari bunderan UGM ke dalemnya. Kurang lebih 500 m an lah, tapi garis lurus jadi keren juga kalo dipoto dari depan dengan latar belakang gedung apa itu namanya lupa lagi (banyak yang lupa euy, penurunan daya ingat rupanya sekarang…^^).


Udah nyampe UGM, rugilah kalo kiranya tidak disinggung sedikit tentang UGM. Begini sejarah singkatnya. Dulu, sebelum UGM, di Yogyakarta telah berdiri Balai Perguruan Tinggi Kebangsaan Gadjah Mada yang terdiri dari pendidikan tinggi hukum. Lembaga ini diresmikan pada tanggal 3 Maret 1946 oleh Presiden Soekarno. Pendiri lembaga itu adalah Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dengan tokoh-tokoh Prof. Dr. Sardjito, Prof. Mr. Djokosutono, Prof. Mr. Kertonegoro, Prof. Ir. Johannes dan Prof. Mr. Notonagoro. Gedung yang digunakan adalah Pagelaran dan Siti Hinggil Kraton Yogyakarta yang dipinjamkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan tinggi yag tergabung dalam Balai Perguruan Tinggi tersebut diserahkan oleh Yayasan kepada Pemerintah. Dengan Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 1949, Gadjah Mada resmi menjadi Universitas Negeri Gadjah Mada pada tanggal 19 Desember 1949.

Karena luasnya kampus ini, kami berputar-putar sambil nyari objek yang pas untuk diabadikan, ga kerasa udah hampir pukul 14.00, pantes perut keroncongan, dan dilemapun terjadi. Begini ceritanya. Perjalanan berikutnya adalah ke Prambanan, dan jarak ke Prambanan konon katanya memakan waktu 1.5 jam dengan menggunakan Trans Yogya. Kalau berangkat pukul 14.30 nyampai di sana kurang lebih pukul 16.00. Kondisinya kami kelaparan, kalau Check point dulu alias makan siang, maka nyampe Prambanan tentu lebih sore lagi, dan Prambanan ditutup secara resmi pukul 18.00. Dan kami pun belum memperhitungkan jarak antara kampus UGM ke Shelter. Oiyya, citizen kali ini kami perkenalkan bernama Heart, gadis ini sebetulnya bukan berasal dari Yogya, tapi kebetulan sedang menuntut ilmu diUGM itu, jadi kami diajak keliling UGM oleh mbak Heart itu.. terima kasih mbak Heart…^^, kembali ke dilema, kamipun memutuskan untuk langsung ke Prambanan, cukup beli bekal berupa makanan ringan dan minuman untuk dibawa ke Prambanan. Dan perjalananpun berlanjut. Prambanan, kami datang…^^

0 comments:

Post a Comment

Indonesia Barat